Rabu, 05 April 2017

Teknik-Teknik Terapi pada Psikologi

        Nama: Diah Ayu Setiarini
        Kelas: 3pa02
        Npm: 12514951

             A.    Teknik Terapi Psikoanalisa
1.      Asosiasi Bebas
Free association adalah suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas di benaknya, termasuk mimpi-mimpi, pelbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas, sebagai suatu metode terapi, tentu saja memiliki tujuan. Salah satunya, adalah apa yang disebutkan oleh Goble (1991: 137) sebagai berikut, “Teori yang mendasarinya asosiasi bebas ialah bahwa lewat diskusi yang kelihatannya tanpa tujuan ini, dilengkapi dengan analisis terhadap mimpi-mimpi pasien, maka pasien itu akan menjadi insaf tentang kejadian-kejadian di masa lalunya yang telah menyebabkan atau tengah menjadi sebab bagi kesulitannya sekarang.
2.      Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.  Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus. Bukunya yang terbit tahun 1900, yaitu The Interpretation of Dream menjadi bukti konkret akan bentuk perhatian khusus itu.
3.      Transferensi (Transference)
Transferensi terjadi apabila pasien memindahkan kepada terapis emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak. Dalam pengalaman perawatan, emosi-emosi yang dipindahkan itu biasanya muncul dalam wujud-wujud yang ringan dan diarahkan kepada anlis. Ketika prosedur terapi berjalan, emosi-emosi ini bertambah kuat dan berlangsung lama. Di mata pasien, terapis itu memakin peran orang tua yang galak (atau orang lain yang menggantikan hubungan ini dengan pasien dalam masa kanak-kanak). Ini adalah alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalamn emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Disebut abreaksi kalau respons pasien terhadap mekanisme ini merupakan tahap yang peling kritis dalam psikonalisis. Jadi, abreaksi itu tidak lain adalah pelepasan tegangan emosional yang berkaitan dengan pikiran atau gagasan, konflik, atau ingatan yang ditekan. Sering kali istilah ini digunakan dalam upaya mengusahakan agar pengalaman emosional yang pahit “ditimbulkan kembali” atau diingat kembali dengan jelas. Transferensi mungkin menyebabkan kelekatan, ketergantungan atau bahkan cinta pada terapis (transferensi positif), atau juga mungkin menimbulkan kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis (transferensi negatif).
4.      Penafsiran
Penafsiran tidak lain daripada penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, mimpi-mimpi, resistensi, dan transferensi dari pasien. Atau secara umum dapat dikatakan, penafsiran adalah setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran sangat penting selama psikoanalisis berlangsung. Terapi harus selalu waspada terhadap kesempatan-kesempatan untuk menguraikan danmenafsirkan makna dinamik adri asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, dan tingkah laku pasien. Ia harus memperhatikan secara khusus perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien dan berusaha menemukan hubungan antara perasaan-perasaan itu dengan sifat dari hal-hal yang sedang dibicarakan. Penafsiran-penafsiran yang diberikan analis dibagi menjadi dua kategori yaitu penafsiran-penafsiran yang mengundang perhatian pasien terhadap emosi-emosi yang mengundang perhatian pasien terhadap emosi-emosi yang idungkapkannya dan penafsiran-penafsiran yang membantu pasienmengenal pertahanan-pertahanan ang digunakannya untuk mepertahankan perasaan-perasaan tertekan yang mengacam atau tidak menyenangkan
            B.     Teknik Terapi Humanistik
1.      Person-Centered Therapy
Terapi ini disebut juga client-centered theraphy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Tetapi, teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kencenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri.
2.      Terapi Gestalt
Sasaran utama terapi Gestalt adalah memperkuat penyadaran [Awareness] yang akan meingkatkan arti kehidupannya secara penuh, di sini dan sekarang. Penyadaran ini menjadi sasara utama dalam terapi Gestalt, agar selajutnya pasien secara berangsur-angsur bisa mencapai keterpaduan yang diperlukan untuk memungkinkan perkembangan dirinya berlangsung dengan baik. Penyadaran dilakukan terhadapa pasien meliputi penyadaran yang lebih terhadap hal khusus. Dalam kaitan ini tujuan terapi adalah meningkatkan kemampuan pada pasien agar bisa mebiasakan diri dalam melakukan penyadaran yang diperlukan. Maka kalau pada mulanya penyadaran adalah berupa isi, pada akhirnya berupa proses.  Penyadaran meliputi pengetahuannya terhadap lingkungan, tanggung jawab terhadapa pilihan-pilihannya, pengetahuan terhadap diri sendiri, penerimaan terhadap diri sendiri dan kemapuan untuk berhubungan dengan lingkungan.
3.      Terapi Eksistensial
Pendekatan eksistensial kurang mekanistik dibandingkan dengan pendekatan lain yang telah dibicarakan, tetapi pendekatan eksistensial kurang optimistik dibandingkan dengan pendekatan humanistik. Karena pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit sekali mengemukakan langkah-langkah terapeutiknya yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi Gestalt, Analisis Transaksional, dan psikoanalisis yang diintegrasikan dalam pendekatan eksistensial. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain, tetapi juga dari fse yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.
C.     Teknik-teknik terapi behavioristik
1.       Desensitisasi Sistematis
Adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperlukan secara negative, dan menyertakan permunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan.
2.      Terapi implosive dan pembanjiran
Adalah sebuah teknik yang terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan.
3.      Latihan asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
4.       Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
5.      Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
6.      Kontrak Perilaku
Kontak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
7.      Token Ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.

Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/aangar/terapi-psikoanalitik_55005c6fa33311a96f510ed2
Gunarsa, Singgih. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius. 
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Eresku.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar