Kamis, 20 Juli 2017

REBT (Rational Emotif Behavioral Theraphy)

Nama : Diah Ayu Setiarini 
NPM : 12514951
Kelas: 3PA02

RATIONAL EMOTIVE BEHAVIOR THERAPY
Tokoh dari rational emotive theraphy adalah Albert Ellis dan sering disebut pendekatan konseling ABCDE. REBT dulu dikenal sebagai RET (Rational Emotif Theraphy). Menurut Gladding (2004), teori yang dikembangkan oleh Ellis ini serupa dengan pendekatan kognitif yang dikembangkan oleh Aaron Beck. Corey(2001) mengatakan bahwa ada perbedaan antara terapi yang dikembangkan oleh Beck dan REBT, terutama dalam hal metode dan gaya terapi. Misalnya, REBT sangat persuasif, dan konfrontatif, sedangkan Beck memakai dialog Sokratik dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dengan tujuan agar klien merefleksikan isu-isu personal dan sampai pada kesimpulan mereka sendiri. Perkembangan kedua pendekatan ini terjadi secara independen pada saat yang bersamaan.
A.  Konsep utama
Berdasar atas filosofi bahwa ”apa yang menganggu jiwa manusia bukanlah peristiwa-peristiwa, tetapi bagaimana manusia itu mereaksi atau berprasangka terhadap persitiwa-peristiwa tersebut”. Percaya bahwa setiap manusia mempunyai pilihan, mampu mengontrol ide2nya, sikap, perasaan, dan tindakan2nya serta mampu menyusun kehidupannya menurut kehendak atau pilihannya sendiri. Didasari asumsi bahwa manusia itu dilahirkan dengan potensi rasional dan juga irasional. Karakteristik utama RET: aktif-direktif
B.  Tujuan konseling
Membantu klien memahami kepercayaan irasionalnya, dengan mendebat, melepaskan atau mengusirnya, dan selanjutnya merubahnya dengan pemikiran yang lebih positif dan rasional.
C.  Fungsi konselor
Fungsi utama konselor: menyerang, membantah, mengkonfrontasikan, atau membongkar keyakinan irrasional klien dalam rangka menunjukkan betapa tidak rasionalnya cara berpikir klien. Membantu menggantinya dengan cara berpikir dalam perspektif baru yang lebih baik, positif, dan rasional, selanjutnya menguatkan dan meyakinkan akan keberhasilannya serta mendorong untuk mengimplementasikan dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan nyata.
D.  Proses dan teknik konseling
Klien diharapkan sepenuhnya dapat mencapai tiga pemahaman : peristiwa-peristiwa sebelumnya yang menyebabkan perilakunya neurotik, alasan-alasan yang menjadikannya ia mempertahankan ketidakbahagiannya dan mengulanginya, klien dapat mengalahkan gangguan emosinya dengan secara konsisten mengobservasi, menanyakan, dan menemukan system keyakinan dirinya.
E.   Teknik
1.      Teknik-teknik Kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien, meliputi :
 a) Pengajaran : Menunjukkan betapa tidak logisnya cara berpikir klien sehingga menimbulkan gangguan emosi dan mengajarkan cara2 berpikir yang lebih positif & rasional.
 b) Persuasif : Melalui berbagai argumentasi, konselor meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya yang keliru.
c) Konfrontasi : Menyerang ketidakrasionalan berpikir klien dan membawanya ke arah berfikir yang lebih rasional.
d) Pemberian Tugas : Memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.  
2.      Teknik-teknik Emotif yaitu teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Konselor harus mampu menerima klien tanpa sayarat. Termasuk teknik ini : sosiodrama, role playing, modeling ataupun self modeling, latihan asertif, humor , latihan melawan rasa malu.

3.      Teknik-teknik perilaku digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Termasuk teknik ini: penguatan (reinforcement),  teknik permodelan sosial (social modelling), relaksasi.
Daftar Pustaka
      Lesmana, M.K. (2005). Dasar-dasar konseling. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). 



Pada video ini, klien merupakan mahasiswi semester 5 yang berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Klien tersebut bernama Karina. Karina mempunyai masalah bahwa dirinya adalah seseorang yang perfeksionis, yang menginginkan segala sesuatunya sesuai dengan keinginnya. Contohnya pada tugas kelompok, pada tugas kelompok ada seseorang yang mengerjakan sesuatu asal-asalan, jika tugas tersebut tidak sesuai dengan apa yang Karina inginkan, ia akan mengulang tugas tersebut dari awal sampai tugas tersebut sesuai denganapa yang ia inginkan. 
Karina mendapatkan kritikan dari teman-temannya atas perilaku perfeksionisnya dan teman-temannya menyerahkan semua tugasnya kepada Karina, karena merasa apa yang mereka kerjakan tidak sesuai dengan apa yang Karina inginkan. Karina menyadari bahwa perilaku perfeksionisnya itu salah, kemudian Konselor memberikan saran kepada Karina bahwa manusia  mempunyai kekurangan dan kelebihan dan karina disarankan untuk mendengarkan pandangan orang lain.

Konselor memberikan dorongan kepada Karina untuk mengubah sikap perfeksionis dengan tekad yang kuat. Dalam video ini konselor juga memberikan dampak perilaku yang telah dilakukan oleh Karina. Konselor meminta Karina untuk berfikir bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna dan mengakibatkan manusia merasa kurang dan timbulnya sifat perfeksionis. Kemudian, Karina menyadari bahwa ia harus berperiaku perfeksionis pada kondisi yang tepat atau bisa membedakan kapan harus bersikap perfeksionis dan kapan tidak. Karina menyadari juga untuk mengubah sikap perfeksionis.

Rabu, 05 April 2017

Teknik-Teknik Terapi pada Psikologi

        Nama: Diah Ayu Setiarini
        Kelas: 3pa02
        Npm: 12514951

             A.    Teknik Terapi Psikoanalisa
1.      Asosiasi Bebas
Free association adalah suatu metode terapi yang dirancang untuk memberikan kebebasan secara total kepada pasien dalam mengungkapkan segala apa yang terlintas di benaknya, termasuk mimpi-mimpi, pelbagai fantasi, dan hal-hal konflik dalam dirinya tanpa diagenda, dikomentari, ataupun banyak dipotong, apalagi disensor. Asosiasi bebas, sebagai suatu metode terapi, tentu saja memiliki tujuan. Salah satunya, adalah apa yang disebutkan oleh Goble (1991: 137) sebagai berikut, “Teori yang mendasarinya asosiasi bebas ialah bahwa lewat diskusi yang kelihatannya tanpa tujuan ini, dilengkapi dengan analisis terhadap mimpi-mimpi pasien, maka pasien itu akan menjadi insaf tentang kejadian-kejadian di masa lalunya yang telah menyebabkan atau tengah menjadi sebab bagi kesulitannya sekarang.
2.      Analisis Mimpi
Mimpi, dipercaya Freud sebagai “jalan yang sangat baik menuju ketaksadaran”. Hal tersebut didasari kepercayaan Freud bahwa mimpi itu perwujudan dari materi atau isi yang tidak disadari, yang memasuki kesadaran lewat yang tersamar. Dalam hal ini, mimpi mengandung muatan manifes atau manifest content dan content latent atau muatan laten. Yang disebut pertama merupakan materi mimpi yang dialami dan dilaporkan. Sedangkan yang disebut kemudian, ialah materi bawah sadar yang disimbolisasikan atau diwakili oleh mimpi.  Analisis mimpi, sebenarnya lebih dapat dipahami sebagai suatu bentuk asosiasi bebas, tapi dalam konsep Freud, mimpi merupakan suatu bentuk kegiatan mental yang sangat terorganisasi sehingga patut diperhatikan secara khusus. Bukunya yang terbit tahun 1900, yaitu The Interpretation of Dream menjadi bukti konkret akan bentuk perhatian khusus itu.
3.      Transferensi (Transference)
Transferensi terjadi apabila pasien memindahkan kepada terapis emosi-emosi yang terpendam atau ditekan sejak awal masa kanak-kanak. Dalam pengalaman perawatan, emosi-emosi yang dipindahkan itu biasanya muncul dalam wujud-wujud yang ringan dan diarahkan kepada anlis. Ketika prosedur terapi berjalan, emosi-emosi ini bertambah kuat dan berlangsung lama. Di mata pasien, terapis itu memakin peran orang tua yang galak (atau orang lain yang menggantikan hubungan ini dengan pasien dalam masa kanak-kanak). Ini adalah alat yang sangat berharga bagi terapis untuk menyelidiki ketaksadaran pasien karena alat ini mendorong pasien untuk menghidupkan kembali pengalaman-pengalamn emosional dari tahun-tahun awal kehidupannya. Disebut abreaksi kalau respons pasien terhadap mekanisme ini merupakan tahap yang peling kritis dalam psikonalisis. Jadi, abreaksi itu tidak lain adalah pelepasan tegangan emosional yang berkaitan dengan pikiran atau gagasan, konflik, atau ingatan yang ditekan. Sering kali istilah ini digunakan dalam upaya mengusahakan agar pengalaman emosional yang pahit “ditimbulkan kembali” atau diingat kembali dengan jelas. Transferensi mungkin menyebabkan kelekatan, ketergantungan atau bahkan cinta pada terapis (transferensi positif), atau juga mungkin menimbulkan kebencian, ketidaksabaran, dan kadang-kadang perlawanan yang keras terhadap terapis (transferensi negatif).
4.      Penafsiran
Penafsiran tidak lain daripada penjelasan dari psikoanalis tentang makna dari asosiasi-asosiasi, mimpi-mimpi, resistensi, dan transferensi dari pasien. Atau secara umum dapat dikatakan, penafsiran adalah setiap pernyataan dari terapis yang menafsirkan masalah pasien dalam suatu cara yang baru. Penafsiran sangat penting selama psikoanalisis berlangsung. Terapi harus selalu waspada terhadap kesempatan-kesempatan untuk menguraikan danmenafsirkan makna dinamik adri asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, dan tingkah laku pasien. Ia harus memperhatikan secara khusus perasaan-perasaan yang diungkapkan pasien dan berusaha menemukan hubungan antara perasaan-perasaan itu dengan sifat dari hal-hal yang sedang dibicarakan. Penafsiran-penafsiran yang diberikan analis dibagi menjadi dua kategori yaitu penafsiran-penafsiran yang mengundang perhatian pasien terhadap emosi-emosi yang mengundang perhatian pasien terhadap emosi-emosi yang idungkapkannya dan penafsiran-penafsiran yang membantu pasienmengenal pertahanan-pertahanan ang digunakannya untuk mepertahankan perasaan-perasaan tertekan yang mengacam atau tidak menyenangkan
            B.     Teknik Terapi Humanistik
1.      Person-Centered Therapy
Terapi ini disebut juga client-centered theraphy (terapi yang berpusat pada pasien) atau terapi nondirektif. Teknik ini pada awalnya dipakai oleh Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1942. Sejak itu banyak prinsip Rogers yang dipakai dalam terapi diterima secara luas. Tetapi, teknik ini dipakai secara lebih terbatas pada terapi mahasiswa dan orang-orang dewasa muda lain yang mengalami masalah-masalah penyesuaian diri yang sederhana. Carl Rogers berpendapat bahwa orang-orang memiliki kencenderungan dasar yang mendorong mereka ke arah pertumbuhan dan pemenuhan diri. Dalam pandangan Rogers, gangguan-gangguan psikologis pada umumnya terjadi karena orang-orang lain menghambat individu dalam perjalanan menuju kepada aktualisasi diri.
2.      Terapi Gestalt
Sasaran utama terapi Gestalt adalah memperkuat penyadaran [Awareness] yang akan meingkatkan arti kehidupannya secara penuh, di sini dan sekarang. Penyadaran ini menjadi sasara utama dalam terapi Gestalt, agar selajutnya pasien secara berangsur-angsur bisa mencapai keterpaduan yang diperlukan untuk memungkinkan perkembangan dirinya berlangsung dengan baik. Penyadaran dilakukan terhadapa pasien meliputi penyadaran yang lebih terhadap hal khusus. Dalam kaitan ini tujuan terapi adalah meningkatkan kemampuan pada pasien agar bisa mebiasakan diri dalam melakukan penyadaran yang diperlukan. Maka kalau pada mulanya penyadaran adalah berupa isi, pada akhirnya berupa proses.  Penyadaran meliputi pengetahuannya terhadap lingkungan, tanggung jawab terhadapa pilihan-pilihannya, pengetahuan terhadap diri sendiri, penerimaan terhadap diri sendiri dan kemapuan untuk berhubungan dengan lingkungan.
3.      Terapi Eksistensial
Pendekatan eksistensial kurang mekanistik dibandingkan dengan pendekatan lain yang telah dibicarakan, tetapi pendekatan eksistensial kurang optimistik dibandingkan dengan pendekatan humanistik. Karena pendekatan eksistensial tidak memiliki metodologi, maka sulit sekali mengemukakan langkah-langkah terapeutiknya yang khas. Dengan tidak adanya metodologi, maka para terapis eksistensial sering mengambil metode dan prosedur dari pendekatan-pendekatan terapi lainnya, seperti metode dan prosedur dari terapi Gestalt, Analisis Transaksional, dan psikoanalisis yang diintegrasikan dalam pendekatan eksistensial. Metode dan prosedur yang digunakan mereka juga sangat bervariasi, tidak hanya dari pasien yang satu kepada pasien yang lain, tetapi juga dari fse yang satu ke fase yang lain terhadap pasien yang sama.
C.     Teknik-teknik terapi behavioristik
1.       Desensitisasi Sistematis
Adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperlukan secara negative, dan menyertakan permunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan.
2.      Terapi implosive dan pembanjiran
Adalah sebuah teknik yang terdiri atas permunculan stimulus berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan.
3.      Latihan asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
4.       Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
5.      Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik, atau lainnya yang dapat diamati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
6.      Kontrak Perilaku
Kontak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
7.      Token Ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.

Daftar Pustaka
http://www.kompasiana.com/aangar/terapi-psikoanalitik_55005c6fa33311a96f510ed2
Gunarsa, Singgih. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia
Semiun,Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius. 
Corey, Gerald. (1995). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: PT. Eresku.



Senin, 28 November 2016

Kepemimpinan



   Nama : Diah Ayu Setiarini
   Kelas : 3pa02
   NPM : 12514951

   A.    Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan para pegawai dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan kepada mereka. Sebagaimana didefinisikan oleh Stoner, Freeman, danGilbert (1995), kepemimpinan adalah the process of directing and influencing the task related activities of group members. Kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan.  Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutinorganisasi ( Katz & Kahn, 1978:528). Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas sebuah kelompok yang diorganisasi kea rah pencapaian tujuan ( Rauch & Behling, 1984:46). Jadi Kepemimpinan itu adalah sebuah proses yang mendarahkan dan mempengaruhi sedikit demi sedikit pada pengarahan organisasi.
   B.     Tipe-Tipe Kepemimpinan
1.      Tipe Otokratis
Ciri-cirinya antara lain:
a. Mengandalkankepada kekuatan / kekuasaan
b.Menganggapdirinya paling berkuasa
c. Kerasdalam mempertahankan prinsip
d. Jauhdari para bawahan
e. Perintahdiberikan secara paksa
2.      Tipe Laissez Faire
Ciri-ciri antara lain :
a. Memberikebebasan kepada para bawahan
b. Pimpinan tidak terlibat dalam kegiatan
c. Semua pekerjaan dan tanggung jawab dilimpahkan kepada bawahan
d. Tidakmempunyai wibawa
e. Tidak ada koordinasi dan pengawasan yang baik
3.      Tipe Paternalistik
Ciri-ciri antara lain :
a. Pemimpin bertindak sebagai bapak
b. Memperlakukan bawahan sebagai orang yang belum dewasa
c. Selalu memberikan perlindungan
d. Keputusanada ditangan pemimpin.
4.      Tipe Militerlistik
Ciri-ciri antara lain :
a. Dalam komunikasi menggunakan saluran formal
b. Menggunakan sistem komando/ perintah
c. Segala sesuatu bersifat formal
d. Disiplin yang tinggi, kadang bersifat kaku
5.      Tipe Demokratis
Ciri-ciri antara lain :
a. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasi
b. Bersifat terbuka
c. Bawahan diberi kesempatan untuk memberi saran dan ide-idebaru
d. Dalampengambilan keputusan utamakan musyawarah untuk mufakat
e. Menghargai potensi individu
6.      Tipe Open Leadership
Tipe ini hampir sama dengan tipe demokratis. Perbedaannya terletak dalam hal pengambilan keputusan. Dalam tipe ini keputusan ada ditangan pemimpin       
   C.     Ciri-Ciri Kepemimpinan
Menurut Davis yang dikutip oleh Reksohadiprojo dan Handoko (2003:290-291),ada 10 ciri utama yang mempunyai pengaruh terhadap kesuksesankepemimpinan dalam pemerintahan antara lain sebagai berikut :
1.      Kecerdasan(Intelligence) Penelitian-penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa seorangpemimpin yang mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggidaripada pengikutnya, tetapi tidak sangat bebrbeda.
2.      Kedewasaan, Sosial dan Hubungan Sosial yang luas(Social maturity and Breadht) Pemimpin cenderung mempunyai emosi yang stabil dan dewasa atau matang, serta mempunyai kegiatan dan perhatian yang luas.
3.      Motivasi diri dan dorongan berprestasi Pemimpin secara relatif mempunyai motivasi dan dorongan berprestasiyang tinggi, mereka bekerja keras lebih untuk nilai intrinsik.
4.      Sikap-sikap hubungan manusiawiSeorang pemimpin yang sukses akan mengakui harga diri dan martabat pengikut-pengikutnya, mempunyai perhatian yang tinggi dan berorientasi pada bawahannya.
5.      Memiliki Pengaruh YangKuat. Seorang pemimpin harus memiliki pengaruh yang kuat untuk menggerakkan orang lain atau bawahan agar berusaha mencapai tujuankelompok secara sukarela.
6.      Memiliki Pola Hubungan Yang Baik. Seorang pemimpin sukses mampu menciptakan pola hubungan agar individu, dengan menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap sekelompok orang agar bekerja sama dalam mencapai tujuan yangdikehendaki bersama.
7.      Memiliki Sifat-Sifat Tertentu Seorang Pemimpin sukses memiliki sifat-sifat khusus seperti kepribadian baik,kemampuan tinggi dan kemampuan tinggi dan kemauan keras,sehingga mampu menggarakkan bawahannya.
8.      Memiliki Kedudukan atau Jabatan. Seorang pemimpin selalu memiliki kedudukan atau jabatan dalam organisasi, baik di pemerintahan maupun di masyarakat karenakepemimpinan merupakan serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dari kedudukan jabatan dan gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri.
9.      Mampu Berinteraksi. Seorang pemimpin yang baik akan selalu berinteraksi secara baik dengan sesama pemimpin, bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya, dalam situasi dan kondisi apa pun, buruk maupun menyenangkan.
10.  Mampu Memberdayakan. Seorang pemimpin yang sukses biasanya mampu memberdayakan bawahan dan masyarakat yang dipimpinnya
   D.    Kepemimpinan Transformasional
Kepemimpinan transformasional yaitu kemampuan untukNmemberi inspirasi dan memotivasi pengikut untuk mencapai sasaran transendental daripada kepentingan diri jangka pendek serta pencapaian aktualisasi diri daripada keamanan
             1.         Karakteristik Pemimpin Transformasional
a.    Karisma, membangkitkan emosi dan identifikasi yang  kuat dari pengikut terhadap pemimpin,  dengan menanamkan kebanggaan ,  respek dan kepercayaan
b.       Inspirasi ,  mengkomunikasikan harapan yang  tinggi , menggunakan Simbol dan cara sederhana
c.         Rangsangan intelektual,   meggalakan kecerdasan ,  rasionalitas ,  dan kreativitas pemecahan masalah
d.  Pertimbangan individual,  memberikan perhatian pribadi,memperlakukan karyawan secara individual, melatihdan menasehati ,  sehingga pengikut tumbuh sebagai pribadi.
   E.     Kepemimpinan Transaksional
Menurut Bycio dkk. (1995),  kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin menfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal  antara pemimpin dengan karyawan yang  melibatkan hubungan pertukaran
                 1.      Karakteristik Kepemimpinan Transaksional
a.  Pengadaan Imbalan, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, Imbalannya berupa kebutuhan tingkat fisiologis (maslow).
b.      Eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan atau sanksi apabila anggota gagalmencapai sasaran prestasi yang ditetapkan
   F.      Contoh Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
1.      Kepemimpinan Transaksional
Seorang walikota dari sebuah kota terkotor di dunia yang letaknya berada di salah satu Negara Amerika Latin, berhasil mengubah negaranya menjadi negara terbersih di dunia dengan melarang pembelian sayur kecuali dengan menukarnya dengan sampah. Jadi masyarakat akan diberikan sayur yang merupakan salah satu makanan pokok mereka hanya dengan mereka membawa sampah ketempat pembuangan yang telah ditentukan pemerintah, disana masyarakat kemudian dapat menukar sampah tersebut dengan sayur.
2.      Kepemimpinan Transformasional
Mahatma Gandhi sebagai contoh klasik kepemimpinan transformasional. Gandhimenimbulkan harapan dan permintaan dari jutaan rakyatnya dan dalam proses itu digantikan oleh dirinya sendiri. Contoh terbaru kepemimpinan transformasional dapat diamati dalam kehidupan Ryan White. Ryan White meningkatkan kesadaran orang-orang Amerika akan AIDS dan dalam prosesnya menjadi pembicara untuk meningkatkan dukungan pemerintah terhadap penelitian AIDS.
S. Tangkilisan, Hessel Nogi.(2005).Manajemen Publik.2005.Jakarta:PT Gramedia Widiasarana Indonesia


.

Jumat, 14 Oktober 2016

Definisi Komunikasi,Dimensi Komunikasi,Pemahaman peran Psikologi Manajemen dalam Organisasi


Nama: Diah Ayu Setiarini
Kelas: 3PA02
NPM: 12514951

    A. Definisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communis yang berarti “sama”. Istilah pertama (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai asal usul komunikasi. Communico,communication atau Communicare berarti membuat sama (make to common). Jadi komunikasi dapat terjadi apabila adanya pemahaman yang sama antara penyampai pesan dan penerima pesan.
Menurut (Rakhmat,1998:1) Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena setiap masyarakat manusia,baik yang primitif maupun yang modern,berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi dengan individu-individu lainnya sehingga meningkatkan kesempatan individu itu untuk tetap hidup.
Pakar komunikasi, Joseph A Devito mengemukakan komunikasi sebagai transaksi. Transaksi yang dimaksudkannya bahwa komunikasi merupakan suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai suatu kesatuan dan keseluruhan. Dalam setiap proses transaksi, setiap elemen berkaitan secara integral dengan elemen lain (Suprapto, 2006 : 5).
Menurut Colin Cherry, komunikasi adalah proses dimana pihak-pihak saling menggunakan informasi untuk mencapai tujuan bersama dan komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan dan pembangkitkan balasannya.
Jadi, komunikasi adalah sebuah proses sosial yang sangat penting bagi kehidupan manusia yang terdiri dari komunikator dan digunakan untuk memberikan informasi kepada sesama untuk mencapai sebuah tujuan.
 
   B.  Dimensi-Dimensi Komunikasi
1.      Dimensi Isi
Dimensi ini menunjukkan secara verbal dan muatan (isi) pada komunikasi,yaitu apa yang dikatakan.
2.      Kebisingan
Tinggi rendahnya suara yang terengar dalam melakukan komunikasi.
3.      Jaringan
Sejauh mana seseorang meluaskan jangkauan informasinya dalam melakukan komunikasi. Diantaranya ada komunikasi yang bergantung pada jaringan satelit
4.      Arah
Komunikasi terdiri dari 2 macam arah yaitu:
a.       Komunikasi satu arah adalah hanya ada satu orang berbicara menyampikan informasi untuk satu orang atau lebih. Contohnya: dosen yang sedang menerangkan dikelas
b.      Komunikasi dua arah adalah adanya interaksi antara satu orang menyampaikan informasi dengan satu orang yang lain atau lebih dan orang tersebut ikut berbicara sehingga tercipta interaksi untuk menyampaikan beberapa informasi.Contohnya: Sesi Tanya jawab dalam sebuah presentasi

   C. Pemahaman Peran Psikologi Manajemen dalam Organisasi
Psikologi manajemen sangat berguna dalam sebuah organisasi, dalam psikologi manajemen kita belajar apa itu organisasi, sumber daya manusia, dan kepemimpinan. Peran psikologi manajemen disini adalah untuk mengetahui bagaimana merekrut orang, membantu bagaimana menjadikan sumber daya manusia yang baik, mengerti bagaimana menjadi pemimpin yang baik, mengevaluasi kinerja karyawan dan ini sangat bagus untuk menjadi pedoman untuk sebuah organisasi.

Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Wiasarana Indonesia, 2005
Abu, Ahmadi, Psikologi umum, Edisi Revisi 2009.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/Komunikasi.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20930/4/Chapter%20II.pdf